Ada berbagai jenis pupuk
organik yang digunakan para petani di lapangan. Secara umum pupuk organik
dibedakan berdasarkan bentuk dan bahan penyusunnya. Dilihat dari segi bentuk,
terdapat pupuk organik cair dan padat. Sedangkan dilihat dari bahan penyusunnya
terdapat pupuk hijau, pupuk kandang dan pupuk kompos.
Pupuk hijau
Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan tanaman, baik
tanaman sisa panen maupun tanaman yang sengaja ditanam untuk diambil
hijauannya. Tanaman yang biasa digunakan untuk pupuk hijau diantaranya dari
jenis leguminosa (kacang-kacangan) dan tanaman air (azola). Jenis tanaman ini
dipilih karena memiliki kandungan hara, khususnya nitrogen, yang tinggi serta
cepat terurai dalam tanah.
Pengaplikasian pupuk hijau
bisa langsung dibenamkan kedalam tanah atau melalui proses pengomposan. Di
lahan tegalan atau lahan kering, para petani biasa menanam leguminos, seperti
ki hujan, sebagai pagar kebun. Di saat-saat tertentu tanaman pagar tersebut
dipangkas untuk diambil hijauannya. Hijauan dari tanaman leguminosa bisa
langsung diaplikasikan pada tanah sebagai pupuk. Sementara itu, di lahan
sawah para petani biasa menggunakan azola sebagai pupuk hijau. Azola merupakan
tanaman pakis air yang banyak tumbuh secara liar di sawah. Tanaman ini hidup di
lahan yang banyak mengandung air. Azola bisa langsung digunakan sebagai pupuk
dengan cara dibenamkan kedalam tanah pada saat pengolahan lahan.
Pupuk hayati organik
Pupuk hayati merupakan pupuk yang terdiri
dari organisme hidup yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kesuburan tanah
dan menghasilkan nutrisi penting bagi tanaman. Dalam Peraturan Menteri
Pertanian pupuk hayati tidak digolongkan sebagai pupuk organik melainkan
sebagai pembenah tanah, lihat penjelasannya dalam pengertian pupuk hayati. Namun dalam penerapannya di
lapangan seringkali dianggap sebagai pupuk organik.
Pupuk hayati bekerja tidak seperti pupuk
organik biasa yang bisa langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan
menyediakan nutrisi untuk tanaman. Pupuk ini secara alami menyediakan nutrisi
melalui proses gradual dengan cara memfikasi unsur N dari atmosfer, melarutkan
fosfor dan mensintesis zat-zat lain yang dibutuhkan tanaman. Jadi, dengan pupuk
hayati siklus penyuburan tanah akan berlangsung terus menerus dan secara
berkelanjutan.
Pupuk hayati dibuat dengan mengisolasi
bakteri-bakteri tertentu seperti Azotobacter choococum yang berfungsi mengikat unsur unusr N, Bacillus megaterium bakteri yang bisa melarutkan unsur P
dan Bacillus mucilaginous yang bisa melarutkan unsur K.
Mikroorganisme tersebut bisa didapatkan di tanah-tanah hutan, pegunungan atau
sumber-sumber lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar