PENDAHULUAN
Tanaman
ubi jalar (Ipomoea batatas. Poir) di Indonesia merupakan salah satu tanaman
yang cukup penting, baik sebagai makanan pokok alternatif di musim paceklik
maupun makanan tambahan dalam rangka diversifikasi makanan. Ubi jalar
mengandung air 64,60-79,59%, abu 0,92-0,98%., pati 17,06-28,19%, Protein
1,19-2,07%, gula 0,38-0,43%, serat kasar 2,16-5,24% dan beta karoten
17,42-51,20%. Oleh karena itu ubi jalar memegang peranan penting dalam
ketahanan pangan masyarakat.
Hampir seluruh bagian ubi jalar
dapat dimanfaatkan yaitu a) Daun: sayuran, pakan ternak, b) Batang: bahan
tanam, pakan ternak, c) Kulit ubi: pakan ternak, d) Ubi segar: bahan makanan,
e) Tepung ubi jalar: makanan, f) Pati ubi jalar : fermentasi, pakan ternak, asam
sitrat.
Di Jepang,
ubi jalar dimanfaatkan sebagai bahan pangan tradisional dan dipromosikan setara
hamburger dan pizza. Di negara tersebut berbagai makanan berbahan baku ubi
jalar banyak dijumpai di toko-toko dan restoran bertarap internasional. Ubi
Jalar Cilembu ST 1, sejak lama menembus pasar Singapura, Malaysia, Korea, dan
Jepang.
Ubi Cilembu ST
1, merupakan salah satu komoditi palawija unggulan di Kabupaten Sumedang,
varietas tersebut telah dirilis oleh menteri pertanian pada Tahun 2001. Nama
cilembu diambil dari nama daerah asal ubi tersebut diproduksi yaitu Desa
Cilembu Kecamatan Pamulihan, ST merupkan singkatan dari Sumedang Tandang,
sedangkan angka 1 menunjukan bahwa di Kabupaten Sumedang memiliki varietas
lokal ubi jalar lain yang memiliki keunggulan tidak jauh berbeda dengan Cilembu
ST 1, namun belum di rilis oleh menteri pertanian.
Ubi ini hanya
memiliki rasa dan aroma yang khas apabila di tanam di daerah Cilembu dan
sekitarnya. Tanaman ubi jalar yang tumbuhnya baik dan tidak mendapat
serangan hama penyakit yang berarti (berat) di Kecamatan Pamulihan dapat
menghasilkan umbi basah 15-20 ton sedangkan di Kecamatan Rancakalong dapat
menghasilkan 20- 25 ton ubi basah per hektar.
Keunggulan ubi
jalar ini adalah apabila ubi yang telah disimpan lebih dari 10 hari , dimasak
dengan cara dioven selama 30-90 menit (bergantung ukuran), bagian tengah umbi
akan menghasilkan cairan sangat manis seperti madu. Lebih manisnya ubi jalar
cilembu disebabkan kadar gula ubi cilembu lebih tinggi dari ubi jalar lain
yaitu ubi mentah mencapai 11-13% dan ubi masak 19-23%, sehingga sangat digemari
oleh konsumen
Kulit ubi cilembu berwarna putih
kekuningan (gading) dengan bentuk umbi bulat memanjang , berbentuk panjang. Ubi
ini memiliki keunikan lain yaitu tidak mengakibatkan gangguan perut meskipun
dimakan sebelum sarapan.
BUDIDAYA TANAMAN
A. Pembibitan
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak
secara generatif dengan biji dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek
pucuk. Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala
penelitian untuk menghasilkan varietas baru.
1. Persyaratan Bibit
Bahan tanaman (bibit) berupa stek
pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- Bibit berasal dari varietas Cilembu ST
- Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
- Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan.
- Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus cenderung menurunkan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
2. Penyiapan Bibit
- Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, pertumbuhannya sehat dan normal tidak terlalu subur.
- Stek dipotong sepanjang 25-30 cm atau 3-4 ruas, diambil dari ujung batang atau cabang dan maksimal 3 stek untuk setiap cabang atau batang bagian tanaman bibit, pemotongan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi
- Setelah dipotong, bibit direndam dalam larutan fungisida dengan konsentrasi 2 g/L larutan selama 5 menit
Pengolahan Tanah
a) Penyiapan Lahan Tegalan
- Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma)
- Olahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil membenamkan rumput-rumput liar
- Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu
- Buat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan
- Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air.
b) Penyiapan Lahan Sawah Bekas
Tanaman Padi
- Babat jerami sebatas permukaan tanah
- Tumpuk jerami secara teratur menjadi tumpukan kecil memanjang berjarak 1 meter antar tumpukan
- Olah tanah di luar bidang tumpukan jerami dengan cangkul atau bajak, kemudian tanahnya ditimbunkan pada tumpukan jerami sambil membentuk guludan. Ukuran guludan adalah lebar bawah 60 cm, tinggi 40 cm, lebar atas 40 cm ( untuk ukuran guludan dengan jarak antara gulud 100 cm ) sedangkan untuk jarak antar guludan 80 cm digunakan ukuran lebar bawah 50 cm, lebar atas 30 cm, tinggi guludan 30 cm
- Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan. Pembuatan guludan di atas tumpukan jerami atau sisa-sisa tanaman dapat menambah bahan organik tanah yang berpengaruh baik terhadap struktur dan kesuburan tanah sehingga ubi dapat berkembang dengan baik dan permukaan kulit ubi rata. Kelemahan penggunaan jerami adalah pertumbuhan tanaman ubi jalar pada bulan pertama sedikit menguning, namun segera sembuh dan tumbuh normal pada bulan berikutnya.
Bila jerami tidak digunakan sebagai
tumpukan guludan, tata laksana penyiapan lahan sebagai berikut :
- Babat jerami sebatas permukaan tanah
- Singkirkan jerami ke tempat lain untuk dijadikan bahan kompos
- Olah tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur
- Biarkan tanah kering selama minimal satu minggu
- Buat guludan-gululudan berukuran lebar bawah ±60 cm, tinggi 35 cm dan jarak antar guludan 80-100 cm.
- Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan.
Hal yang penting diperhatikan dalam
pembuatan guludan adalah ukuran tinggi tidak melebihi 40 cm. Guludan yang
terlalu tinggi cenderung menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan
dalam sehingga menyulitkan pada saat panen. Sebaliknya, guludan yang terlalu
dangkal dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi, dan
memudahkan serangan hama boleng Cylas sp.
Teknik Penanaman
- Penanaman ubi jalar di lahan kering dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal. Dilahan sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan atau padi gadu, yakni pada awal musim kemarau
- Penanaman stek dilakukan pagi hari, setelah direndam dalam larutan fungisida, stek sebaiknya searah ( menghadap ke timur ) agar pertumbuhan tanaman menjadi searah
- Stek ditanam miring pada guludan, dengan 1/2-2/3 bagian masuk ke dalam tanah. Jarak tanam 30-40 cm
- Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30-40 cm.
Pemeliharaan Tanaman
1. Penyulaman
Selama 3 (tiga) minggu setelah
ditanam, penanaman ubi jalar harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati
atau tumbuh secara abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara
menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit
yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat
sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu tidak terlalu panas. Bibit (setek)
untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
2. Penyiangan
Pada sistem tanam tanpa mulsa
jerami, lahan biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma) yang merupakan
pesaing dalam pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara, dan sinar matahari.
Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi. Bersamaan dengan penyiangan
dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan
pada guludan tersebut.
Pengendalian gulma dilakukan secara
manual menggunakan kored dan cangkul pada umur 2 minggu setelah tanam (MST), 5
MST, dan 8 MST atau dilakukan tergantung dari keadaan rumput
Tata cara penyiangan dan pembumbunan
sebagai berikut:
- Bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-hati agar tidak merusak akar.
- Gemburkan tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan, kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan.
- Timbunkan kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan pengairan hingga tanah cukup basah
3. Pemupukan
Pemupukan bertujuan menggantikan
unsur hara yang terangkut saat panen, menambah kesuburan tanah, dan menyediakan
unsur hara bagi tanaman. Sebaiknya lahan dipupuk dengan pupuk organik baik
pepuk kandang maupun kompos dengan dosis 10.000 - 20.000 ton/ha. Dosis pupuk
yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah
setempat. Sebagai acuan dosis pupuk/ha yang dianjurkan adalah :
- 100 kg N ( ± 200-250 kg Urea)
- 50 Kg P2O5 (± 100-150 kg
TSP/SP-36)
- 200 kg K2O (± 300-350 kg KCL)
Pemberian pupuk dilakukan dalam
larikan dengan jarak garitan 10 cm dari lubang setek sedalam 5 cm. Waktu
pemupukan sebagai berikut:
- Saat tanam : Urea diberikan 1/3
takaran, SP-36, KCL diberikan seluruhnya pada saat tanam.
- Umur 6 minggu setelah tanam ; Urea
1/3 dari takaran
- Umur 12 minggu setelah tanam ;
Urea 1/3 dari takaran
4. Pembalikan batang dan pucuk
Pembalikan
batang dan pucuk bertujuan untuk meningkatkan hasil umbi, pembalikan dan
pengangkatan batang dilakukan tiap 3 minggu sekali, sebab pada tanaman yang
pertumbuhannya subur dalam waktu satu bulan akan menjalar sepanjang 1-1,5 m.
Bila batang terus dibiarkan menjalar di atas tanah dengan segera akan tumbuh
akar di ketiak-ketiak daun. Akar akan membentuk umbi-umbi kecil yang mengurangi
cadangan makanan bagi umbi di batang utama. Pembalikan batang dimaksudkan untuk
mematikan akar yang tumbuh pada ketiak daun.
5. Pemangkasan
Tanaman
yang terlalu subur perlu dipangkasan sebab tanaman yang daunya terlalu rimbun
akan mengurangi hasil umbi. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan pisau
tajam. Mengenai berapa daun yang harus dibuang tidak bisa ditentukan
kapasitasnya karena sangat tergantung pada keadaan tanaman. Pemangkasan
dilakukan pada sulur-sulur yang merayap dalam saluran di sela-sela bedengan.
Hasil pemangkasan dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.
6. Pengairan dan Penyiraman
Meskipun ubi jalar tahan kekeringan,
fase awal pertumbuhan memerlukan air tanah yang memadai.
- Seusai tanam, guludan diairi selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dibuang.
- Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman berumur 1-2 bulan.
- Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.
- Waktu pengairan yang paling baik pagi atau sore hari.
- Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu seminggu sekali. Hal yang penting diperhatikan dalam pengairan adalah menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
A. Hama
a) Penggerek Batang Ubi Jalar
Stadium
hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah membuat
lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam
lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat). Gejala: terjadi pembengkakan
batang, beberapa bagian batang mudah patah, daun-daun menjadi layu, dan
akhirnya cabang-cabang tanaman akan mati. Pengendalian: (1) rotasi tanaman
untuk memutus daur atau siklus hama; (2) pengamatan tanaman pada stadium umur
muda terhadap gejala serangan hama: bila serangan hama >5%, perlu dilakukan
pengendalian secara kimiawi; (3) pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang
terserang berat; (4) penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti
Curacron 500 EC atau Matador 25 dengan konsentrasi yang dianjurkan.
b) Hama Boleng atau Lanas
Serangga
dewasa hama ini (Cylas formicarius Fabr.) berupa kumbang kecil yang
bagian sayap dan moncongnya berwarna biru, namun toraknya berwarna merah.
Kumbang betina dewasa hidup pada permukaan daun sambil meletakkan telur di
tempat yang terlindung (ternaungi). Telur menetas menjadi larva (ulat),
selanjutnya ulat akan membuat gerekan (lubang kecil) pada batang atau ubi yang
terdapat di permukaan tanah terbuka. Gejala: terdapat lubang-lubang kecil bekas
gerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat. Hama
ini biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang sudah berubi. Bila hama terbawa
oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak ubi hingga menurunkan kuantitas
dan kualitas produksi secara nyata. Pengendalian: (1) pergiliran atau rotasi
tanaman dengan jenis tanaman yang tidak sefamili dengan ubi jalar, misalnya
padi-ubi jalar-padi; (2) pembumbunan atau penimbunan guludan untuk menutup ubi
yang terbuka; (3) pengambilan dan pemusnahan ubi yang terserang hama cukup
berat; (4) pengamatan/monitoring hama di pertanaman ubi jalar secara periodik:
bila ditemukan tingkat serangan > 5 %, segera dilakukan tindakan
pengendalian hama secara kimiawi; (5) penyemprotan insektisida yang mangkus dan
sangkil, dengan konsentrasi yang dianjurkan; (6) penanaman jenis ubi jalar yang
berkulit tebal dan bergetah banyak; (7) pemanenan tidak terlambat untuk
mengurangi tingkat kerusakan yang lebih berat.
c) Tikus (Rattus rattus sp)
Hama tikus
biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau sudah pada
stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan cara mengerat dan memakan
daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan tikus
menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala pembusukan
ubi. Pengendalian: (1) sistem gerepyokan untuk menangkap tikus dan langsung
dibunuh; (2) penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus
disekitar ubi jalar; (3) pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau
Klerat.
B. Penyakit
a) Kudis atau Scab
Penyebab:
cendawan Elsinoe batatas. Gejala: adanya benjolan pada tangkai serta
urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat
menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil
ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Pengendalian: (1)
pergiliran/ rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit; (2) penanaman
ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan gedang; (3) kultur
teknik budi daya secara intensif; (4) penggunaan bahan tanaman (bibit) yang
sehat.
b) Layu fusarium
Penyebab: jamur Fusarium
oxysporum, F. batatas. Gejala: tanaman tampak lemas, urat daun menguning,
layu, dan akhirnya mati. Cendawan fusarium dapat bertahan selama beberapa tahun
dalam tanah. Penularan penyakit dapat terjadi melalui tanah, udara, air, dan
terbawa oleh bibit. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat (bebas
penyakit); (2) pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan
tanaman yang bukan famili; (3) penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang
tahan terhadap penyakit Fusarium.
c) Virus
Beberapa jenis
virus yang menyerang tanaman ubi jalar adalah Internal Cork, Chlorotic Leaf
Spot, Yellow Dwarf. Gejala: pertumbuhan batang dan daun tidak normal, ukuran
tanaman kecil dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak, dan warna
daun klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat serangan yang berat,
tanaman ubi jalar tidak menghasilkan. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang
sehat dan bebas virus; (2) pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun,
terutama di daerah basis (endemis) virus; (3) pembongkaran/eradikasi tanaman
untuk dimusnahkan.
d) Penyakit Lain-lain
Penyakit-penyakit yang lain adalah, misalnya, bercak daun cercospora
oleh jamur Cercospora batatas Zimmermann, busuk basah akar dan
ubi oleh jamur Rhizopus nigricans Ehrenberg, dan klorosis daun oleh
jamur Albugo ipomeae pandurata Schweinitz. Pengendalian: dilakukan
secara terpadu, meliputi perbaikan kultur teknik budi daya, penggunaan bibit
yang sehat, sortasi dan seleksi ubi di gudang, dan penggunaan pestisida
selektif.
PANEN
1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman ubi
jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua (matang fisiologis). Ciri fisik
ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah maksimum,
ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enak
serta tidak berair. Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur
tanaman. Jenis atau varietas ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada
umur 3-3,5 bulan, sedangkan varietas berumur panjang (dalam) sewaktu berumur
4,5-5 bulan. Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan
penundaan paling lambat sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih dari 4
bulan, selain resiko serangan hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan
kenaikan hasil ubi.
2. Cara Panen
Tata cara panen ubi jalar melalui
tahapan sebagai berikut:
- Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen.
- Potong (pangkas) batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau sabit, kemudian batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan sambil dikumpulkan.
- Galilah guludan dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya.
- Ambil dan kumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil.
- Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel.
- Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi secara terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan ubi utuh dari ubi terluka ataupun terserang oleh hama atau penyakit.
- Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut ke tempat penampungan (pengumpulan) hasil.
PASCAPANEN
1. Pengumpulan
Hasil panen
dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh
angkutan. Pemilihan atau penyortiran ubi jalar dapat dilakukan pada saat
pencabutan berlangsung atau setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam
suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi berdasarkan warna kulit
umbi kecacatan, ukuran umbi, bentuk serta bercak hitam/garis- garis pada daging
umbi.
2. Penyimpanan
Penyimpanan ubi jalar
cilembu selain ditujukan untuk mempertahankan daya simpan, juga bertujuan agar
umbi lebih manis. Penyimpanan ubi yang paling baik dilakukan dalam pasir atau
abu dengan cara sebagai berikut:
- Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering selama 2-3 hari.
- Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau gudang yang kering, sejuk, dan peredaran udaranya baik.
- Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan pasir kering atau abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup. Cara penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi sampai 5 bulan. Ubi jalar yang mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya akan menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan ubi yang baru dipanen. Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar adalah melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka, dan tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-300C (suhu kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90%.
- Penyimpanan juga dapat dilakukan pada rak-rak atau menghindari penyimpanan umbi di lantai secara langsung atau dalam keranjang bambu dengan alas berupa abu atau pasir kering dan Penyimpanan ubi pada para-para ( rak bambu ) yang diletakan dekat dapur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar